LSU Pariwisata | Sertifikasi Usaha Villa|Lembaga Sertifikasi Usaha-Badan Pusat Statistik merilis, jumlah wisman yang berkunjung ke Bali pada Juli 2014 mencapai 361.066, naik 21,21 persen dibandingkan bulan yang sama tahun 2013. Jika dibandingkan periode Juni 2014, wisman naik sebesar 9,28 persen. Jika dikalkulasikan dalam periode Januari sampai Juli 2014, total wisman yang berkunjung ke Bali mencapai 2.089.216 orang. Peningkatannya 16,66 persen dibandingkan Januari – Juli 2013 yang jumlahnya saat itu 1.790.899 orang. “Menurut kebangsaannya, wisatawan yang paling banyak datang ke Bali adalah dari Australia, Tiongkok, Jepang, Malaysia, dan Perancis. Persentasenya masng-masing, 26,20 persen, 18,09 persen, 5,04 persen, 4,40 persen, dan 4,16 persen,” ungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, Panusunan Siregar.
Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan tidak berimbas peningkatan pada tingkat penghunian kamar (TPK) hotel. Yang terjadi pada Juli 2014, TPK hotel berbintang di Bali rata-rata 61,40 persen, turun 0,70 poin dibandingkan TPK Juni 2014 yang sebesar 62,10 persen. TPK tertinggi adalah Tabanan yaitu sebesar 83,20 persen dan terendah Karangasem sebesar 55,91 persen.
Sementara itu, rata-rata lama menginap tamu asing dan Indoneaia pada hotel berbintang di Bali, Juli 2014 mencapai 3,47 hari. Angka ini naik 0,53 poin dibandingkan dengan rata-rata lama menginap tamu pada Juni 2014 yang mencapai 2,94 hari. Secara keseluruhan, rata-rata lama menginap tamu Indonesia pada Juli 2014 selama 3,39 hari, lebih rendah dibandingkan rata-rata lama menginap tamu asing yang selama 3,5 hari.
Ketua Association of The Indonesia Tours and Travel (ASITA) Bali, I Ketut Ardana mengatakan, adanya penurunan tingkat penghunian kamar akibat tidak adanya pengendalian terkait perizinan pembangunan hotel.
“Karena rem yang blong dari pemerintah, perizinan terus dikeluarkan. Dengan kejadian seperti itu, saya yakin hunian akan terus menurun. Istilahnya kue itu dibagi berbanyak tentu pembagiannya semakin sedikit,” jelasnya, Selasa (2/9/2014).
Ardana memaparkan, hitel bintang 2 dan bintang 3 saat ini menjamur di Kabupaten Badung dan Denpasar. Menurutnya, itu mengganggu tingkat hunian dan harga jual kamar, sehingga harga hunian di Bali tidak bagus dan semakin murah karena setiap hotel ingin memenuhi target.
“Kalau itu yang terjadi, maka lama-lama Bali akan menjadi the cheap destination. Kita ingin Bali menjadi pariwasata yang berkualitas dan pelayanan infrastrukturnya bagus. Pemerintah harus ketat dan berani memberi arahan di daerah yang sudah padat jangan lagi membangun hotel. Jangan hanya berfikir PAD,” ungkap Ardana.
Menurutnya, pembangunan harus dilakukan merata di semua daerah disesuaikan dengan potensi yang dimiliki daerah tersebut