Operator hotel global Plateno Hotel menargetkan membuka 15 hotel di Indonesia. Dari jumlah tersebut, sebanyak delapan hotel berlokasi di Bali.”Harus diakui, pasar hotel Bali masih bagus. Jika ingin menjadi pemain global, harus berpikir global. Dan Bali adalah kawasan global,” ujar Regional Director of Sales & Marketing Australasia, Yanuwar Dedy Setyawan, di Jakarta, Rabu (17/6).Plateno adalah operator hotel global yang berbasis di Tiongkok. Sejak awal beroperasi pada 2005, hingga 2014 Plateno telah mengoperasikan 3.000 hotel di 300 kota di sejumlah negara. Sebanyak 3.000 hotel tersebut terdiri atas 330.000 kamar. Hotel -hotel itu, diataranya beroperasi di Tiongkok, Maladewa, Filipina, Srilanka, Laos, Thailand, Malaysia, Australia, dan Indonesia.
“Khusus di Indonesia, sebanyak 15 hotel atau sekitar 750 kamar kami targetkan beroperasi pada 2015,” jelas Dedy.
Pada 20 Mei 2015, tambahnya, sudah beroperasi hotel perdana, 7 Day Premium, di Bali. Dari 15 hotel tersebut, sebanyak delapan hotel akan beroperasi di Bali. Alasan terkuat memilih Bali, lanjut dia, adalah peluang dan potensi pasar yang masih sangat besar.
Sebagai kawasan global, Bali tetap memiliki pasar menjanjikan, baik dari wisatawan asing maupun lokal. Selain Tiongkok, kunjungan wisatawan dari negara – negara lain menunjukkan tren positif. Dedy mengakui, diantara negara – negara tersebut, pasar Tiongkok menjadi target utama.
“Dari target pasar asing, sebanyak 40-50 persen berasal dari Tiongkok. Penduduk Tiongkok saat ini mencapai 2 miliar lebih. Kalau kami bisa mendapat 0,1 persen saja, sudah cukup besar,” ujar Dedy.
Di samping asing, lanjut Dedy, Plateno juga menyeriusi pasar lokal. “Dalam analisa kami, kasar domestik masih akan terus tumbuh,” tegas Dedy.
Masih soal penetrasi pasar Bali, Dedy menambahkan, Plateno akan menyebar pengoperasian hotel di banyak lokasi. Selain Kuta, hotel – hotel di bawah bendera Plateno akan beroperasi Legian, Seminyak, Ubud, dan Kota Denpasar.
Di luar Bali, Plateno juga membidik beberapa kota besar. Kota – kota yang masuk dalam daftar pengembangan adalah Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Medan. Setelah pembukaan hotel di kota – kota itu terealisasi, Dedy menambahkan, pihaknya berencana ekspansi ke kota – kota kedua (secondary city). Beberapa kota yang dibidik diantaranya Kuningan, Subang, Pekalongan, dan Magelang.
Dua Skema
Dari 15 hotel yang dioperasikan, sebanyak 10 – 12 unit merupakan rebranding dari brand lama. Tidak sedikit brand lama tersebut merupakan brand terkenal, baik lokal maupun internasional. Rebranding , kata Dedy, tidak bertujuan mematikan brand lain.
“Sebaliknya, kami hadir untuk melengkapi bisnis akomodasi. Menurut kami, bisnis akomodasi dan pariwisata memiliki efek berganda . Jika dikelola baik, akan meningkatkan pendapatan regional. Di samping itu, kami hadir juga untuk membawa Spirit of Asia,” papar Dedy.
Bisnis hospitality di Asia dan Indonesia, menurut Dedy, saat ini semakin bagus. Apalagi, menyusul penguatan nilai tukar mata uang asing. Penguatan tersebut akan menggairahkan bisnis hospitality.
Sementara itu, menyinggung skema bidikan pasar, Dedy mengatakan, pihaknya akan mengoptimalkan jalur onlinedan offline. Kedua skema tersebur harus seimbang dan saling mendukung.