lsupariwisata.com

Pariwisata Indonesia Siapkan Strategi Hadapi MEA 2015

LSU Pariwisata | Sertifikasi Usaha Pariwisata-Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan ajang bagi tiap negara di Asia Tenggara untuk bersaing dalam pasar bebas. Sistem ini akan diberlakukan pada awal tahun 2015 sehingga membuat tiap negara sedang mempersiapkan dan memperkuat tiap sektor industri supaya tidak kalah dan menjadi pasar potensial bagi negara lain. Indonesia pun tak mau ketinggalan terutama pada sektor pariwisata.Untuk menghadapi MEA 2015, pariwisata Indonesia telah mempersiapkan strategi menguatkan diri di perdagangan bebas. “Apa yang kita lakukan sekarang yang adalah mempersiapkan tenaga kerja terlebih dahulu sehingga jika negara lain membawa tenaga kerjanya sendiri, terlihat tenaga kerja kita lebih bagus,” kata Ketua Badan Promosi Pariwisata Indonesia (BPPI) dan Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Yanti Sukamdani dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (14/8/2014), terkait pameran pariwisata bertajuk Indonesia Tourism & Creative Economy Fair (ITCEF) 2014.

Menurut Yanti, persiapan tersebut melalui program sertifikasi yang dilakukan oleh PHRI yang memberikan sekitar 15 sampai 20 ribu sertifikat pada pekerja pariwisata. “Dengan tujuan supaya kalau bisa kita yang menguasai ASEAN, bukannya ASEAN yang menguasai kita,” katanya.

Selain itu, penguatan dari segi produk juga dilakukan oleh pariwisata Indonesia dilakukan melalui LSU (Lembaga Sertifikasi Usaha). Dengan menilai produk, servis dan manajemen sehingga pada saat konsumen datang, mereka dapat mengetahui bintang hotel mereka. “Kita juga mensertifikasi hotel syariah, jadi banyak pilihan bagi konsumen,” kata Yanti. Selain itu, pelabelan sertifikasi halal bagi restoran juga menjadi salah satu agenda dalam sertifikasi usaha. Namun, Indonesia mendapat satu kendala di bagian MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition).

Yanti mengaku Indonesia tidak memiliki exhibition hall yang cukup besar sehingga banyak pameran besar yang tidak dapat diadakan karena kecilnya tempat. “Itu problem kita, walaupun ada beberapa investor yang katanya mau membangun exhibition hall, tapi baru siap tahun depan saat MEA mulai hadir,” ujarnya.

Menurut Yanti, untuk urusan convention, itu tergantung seberapa agresif  bidding Indonesia untuk masuk ke dalam pasar konvensi di luar negeri. Thailand menjadi negara saingan terbesar Indonesia dalam sektor pariwisata karena tempat-tempat wisatanya yang mirip, seperti Krabi yang mirip Raja Ampat dan Pattaya yang mirip dengan Bali.

Namun, lanjut Yanti, Indonesia memiliki keunggulan tersendiri. “Kita unggul di value for money yaitu harga di Indonesia lebih murah dibandingkan negara bahkan seperti Vietnam yang sangat mahal,” ucapnya.

Bahkan, tambah Yanti, hotel bintang lima di Indonesia masih ada yang seharga 150 dollar AS, sedangkan di negara lain tidak ada. Selain itu Indonesia juga memiliki ekowisata karena hutan di Indonesia lebih besar dibanding negara-negara lain di Asia.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *